KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah “Praktikum An. Instrumen” ini atau yang biasa
disebut “Fisika Non Instrumen”.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan
terima kasih kepada guru pembimbing praktikum Fisika Non Instrumen yang
bersedia membimbing saya mengerjakan praktikum sehingga saya dapat membuat
makalah ini dengan baik.
Sebagai manusia yang biasa, saya
sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan, sebagai upaya
penyempurnaan makalah ini.
Makassar,
Oktober 2012
Hardiyanti.Hendrik
BAB I
PENENTUAN VISKOSITAS
DENGAN
VISKOMETER OSWALD
I.
PENDAHULUAN
Tujuan
Percobaan
-Untuk
menentukan viskositas berbagai cairan dengan Metode Oswald.
-Mengetahui hubungan antara viskositas dengan fluiditas
waktu alir dari cairan atau
berbagai larutan.
-Mengetahui hubungan antara koefisien viskositas, massa
jenis, dan waktu antara suatu
cairan tertentu dengan cairan pembandingnya.
-Mengetahui dan memahami prinsip kerja dari percobaan
viskositas berbagailarutan
dengan metode Ostwald.
Dasar
Teori
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran
fluida yang merupakangesekan antara molekul–molekul cairan satu dengan yang
lain. Suatu jenis cairanyang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas
yang rendah, dansebaliknya bahan – bahan yang sulit mengalir dikatakan
memiliki viskositas yangtinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan
hubungan antara gaya – gayamekanika
dari suatu aliran viskos sebagai :
Geseran
dalam ( viskositas ) fluida adalahkonstan
sehubungan dengan gesekannya.
Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian,
dimana perbandingan antara
tegangan geser (s) dengan kecepatan
geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan
viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang
dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang
permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluidasetebalh, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang
bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti
tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya,
maka tidah ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang
menyebabkan bergeraknya bidang atasdengan kecepatan konstan v, maka
fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan – lapisan yang saling bergeseran. Setiap lapisan tersebut akan memberikan
tegangangeser (s) sebesar
F/A
yang seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan
kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol. Maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat
pada jarak y dari bidang tetap, dengan tidak adanya tekanan fluida
menjadi :
Pada
fluida newtonian perbandingan antara besaran kecepatan geser dan tegangan geser
adalah konstan.
II.
PENGERTIAN
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah
baik dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan
hanya untuk fluida), viskositas adalah "Ketebalan" atau
"pergesekan internal". Oleh karena itu, air yang "tipis", memiliki viskositas
lebih rendah, sedangkan madu yang
"tebal", memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya, semakin
rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida
tersebut.
Viskositas menjelaskan ketahanan internal
fluida untuk mengalir dan mungkin dapat dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran fluida. Sebagai contoh,
viskositas yang tinggi dari magma akan
menciptakan statovolcano yang tinggi dan curam, karena tidak dapat mengalir
terlalu jauh sebelum mendingin, sedangkan viskositas yang lebih rendah dari lava akan
menciptakan volcano yang rendah dan lebar. Seluruh fluida (kecuali superfluida)
memiliki ketahanan dari tekanan dan oleh karena itu disebut kental, tetapi fluida yang tidak
memiliki ketahanan tekanan dan tegangan disebut fluide ideal.
III.
PEMBAHASAN
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan
kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang
berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat
mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yangmengalir
cepat seperti air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan
cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai
viskositas besar.
Pada hukum aliran viskositas, Newton
menyatakan hubungan antara gaya – gaya mekanika dari suatu aliran viskos
sebagai : Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan
sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian,
dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g)
nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskositas
dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis
diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap
dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang
permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang
berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada
gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida.
Cara menentukan viskositas suatu zat
menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang
biasa digunakan antara lain :
1.
Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan yang ditentukan
dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2
tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir
dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat
yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut.
2.
Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan
bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya
archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkanz bola ( yang terbuat dari
kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan
jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel.
3.
Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam
ruangan antaradinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk
persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran
sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian tube
sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentras ini
menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut
aliran sumbat.
4.
Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel
ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah
kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya
digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang
berputar.
Nilai viskositas dinyatakan dalam
viskositas spesifik, kinematik dan intrinsik. Viskositas spesifik ditentukan
dengan membandingkan secara langsung kecepatan aliran suatu larutan dengan
pelarutnya. Viskositas kinematik diperoleh dengan memperhitungkan densitas
larutan. Baik viskositas spesifik maupun kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi
larutan. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer
Ubbelohde yang termasuk jenis viskometer kapiler. Untuk penentuan viskometer
larutan polimer, viskometer kapiler yang paling tepat adalah viskometer
Ubbelohde.
Gliserol adalah senyawa
yang netral, dengan rasa yang manis, tidak berwarna,cairan
kental dengan titik lebur 20oC dan memiliki titik didih yang tinggi
yaitu 290oC.Gliserol dapat larut sempurna dalam air dan alkohol,
tapi tidak dalam minyak.Sebaliknya, banyak zat dapat lebih mudah larut dalam
gliserol dibanding dalam airmaupun alkohol. Oleh karena itu gliserol merupkan
pelarut yang baik.
Asam
lemak, bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati
atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada mahluk hidup. Asam
ini mudah dijumpai dalam minyak makan (minyak goreng), margarin, atau lemak
hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk
bebas (karena lemak terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida. Minyak
merupakan turunan ester dari gliserol dan asam lemak.
BAB II
PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN ZAT CAIR
I.
PENDAHULUAN
Seekor Serangga yang berjalan di atas permukaan air dan sebuah
penjepit kertas yang diletakkan dalam kedudukan tertentu tidak tenggelam.
Mengapa fenomena seperti ini dapat terjadi ?.
Kita ingat bahwa partikel – partikel pada zat cair dapat
berpindah ke segala arah tetapi masih tetap dalam zat cair tersebut
karena antara partikel – partikel tersebut terdapat gaya tarik menarik.
Gaya tarik menarik antara partiikel – partikel sejenis dinamakankohesi,
sedangkan gaya tarik menarik antara partikel – pertikel tidak sejenis
dinamakan adhesi . Baik adhesi maupun kohesi memegang peranan
yang sangat penting dalam zat cair.
Tiap partikel dalam zat cair ditarik oleh gaya yang sama besar
ke segala arah oleh partikel – partikel di dekatnya, sehingga resultan gaya
yang bekerja pada partikel sama dengan nol.
Sedangkan tiap partikel yang berada dipermukaan zat cair ditarik
oleh lpartikel – partikel zat cair lainnya yang berada disamping dan
bawahnya. Tetapi tidak ditarik dari atas (tidak ada parrtikel zat cair di atas
permukaan). Karena itu resultan gaya ayang bekerja pada tiap partikel
di[ermukaan zat cair tidak sama dengan nol, tetapi mempunyai harga tertentu dan
mempunyai arah ke bawah. Karena adanya resultan gaya tersebut, maka permukaan
zat cair mengalami tegangan yang. membentuk selaput yang
disebut dengan tegangan permukaan . Adanya tegangan
permukaan inilah yang menyebabkan serangga dapat berjalan dipermukaan zat cair.
Sama halnya penjepit kertas yang diletakkan dengan kedudukan tertentu tidak
tenggelam ke dalam zat cair.
Tegangan permukaan zat cair dapat ditinjau berdassarkan gambar
di bawah ini. Pada gambar di bawah dilukiskan tiga buah bola dengan partikel A,
B, C masing – masing sebagai titik pusatnya.
Gambar 3 buah partikel zat cair A, B dan C dengan masing –
masing bola melukiskan daerah tarik menarik masing – masing partikel. Bola – bola yang dilukiskan merupakan daerah tarik,
dimana partikel – partikel yang ada dalam bola sajja yang mempunyai pengaruh
gaya tarik pada partikel pusat.
Pada partikel A bekerja kohesi yang sama besarnya kesegala arah,
sehingga resultan gaya yang bekerja pada partikel ini sama dengan nol. Hal
tersebut menyebabkan partikel A berada pada berada dalam keadaan seimbang.
Pada partikel B ada sebagian kecil adhesi dari partikel –
partikel udara, tetapi karena kohesi lebih besar dari pada adhesi , maka
resultan gaya tarik pada partikel B mempunyai arah ke bawah.
Pada partikel C yang ada dipermukaan zat cair, resultan gaya
kohesinya semakin besar dan mengarah ke bawah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa partikel –
partikel zat cair yang berada dipermukaan cenderung ditarik ke dalam zat cair,
sehingga permukaan zat cair menjadi tidak seimbang atau terjadi tegangan.
Tegangan permukaan zat cair ini cenderung untuk memperkecil luas permukaannya.
Hal tersebut dapat dilihat pada tetetsan – teteasan zat cair
(air hujan atau embun)yang cenderung membentuk bola (bulatan kecil), karena
kecenderungan selaput tegangan permukaan untuk untuk menyusut sekuat mungkin
dan dalam bentuk bola zat cair mendapatkan bentuk dengan daerah permukaan
tersempit.
Tegangan permukaan dapat diartikan sebagai besar gaya yang
dialami permukaan zat cair persatuan panjang. Dalam bentuk persamaan dapat
dituliskan sebagai berikut :
Perbedaan bentuk permukaan zat cair dipengaruhi oleh kohesi (
gaya tarik menarik antara partikel zat cair) dan adhesi (gaya tarik menarik
antara partikel zat cair dengan dengan partikel kaca).
Pada air gaya kohesi antara partikel air lebih kecil dari pada
gaya adhesi antara partikel air dengan kaca, sehingga permukaan air melengkung
ke bawah dan membasahi dinding kaca.
Misalkan partikel air P, ditarik oleh dinding tabung
dengan gaya tarik Fa dan mengalami kohesi dari partikel – partikel air
sekelilingnya sebesar Fk dengan membentuk sudut sebesar Ө
terhadap dinding.
Karena Fa lebih besar dari pada Fk maka resultan kedua gaya
tersebut (Fr) mengarah keluar. Supaya terdapat keseimbangan , permukaan air
yang menempel pada dinding harus tegak lurus terhadap r, sehingga permukaan air
yang menempel pada dinding tabung naik sedikit dan melengkung keatas .
Akibatnya permukaan air dalam tabung membentuk maniskus cekung.
Pada raksa, gaya kohesi antar partikel raksa lebih besar dari
pada dari pada gaya adhesi antar partikel raksa dengan kaca sehingga permukaan
raksa melengkung ke atas(maniskus cembung) dan tidak membasahi dinding tabung.
II.
PEMBAHASAN
Tegangan
Permukaan Zat Cair (Fluida)
Tegangan
permukaan (y) adalah besar gaya ( F ) yang dialami pada permukaan zat cair
persatuan panjang(l)
y = F / 2l
Definisi tegangan permukaan zat cair
Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan permukaan zat
cair untuk menegang,sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan
elastis.
Penyebab terjadinya Tegangan Permukaan
Partikel A dalam zat cair ditarik oleh gaya sama besar ke segala
arah oleh partikel-partikel di dekatnya.Partikel B di permukaan zat cair hanya
ditarik oleh partikel-partikel disamping dan dibawahnya,hingga pada permukaan
zat cair terjadi tarikan ke bawah.
Penurunan Rumus
Rumus tegangan permukaan
Ƴ = F/ d
Dalam kasus ini d = 2l, sehingga
Ƴ = F /2 * l
Keterangan:
Ƴ=perbandingan
antara gaya tegangan permukaan
F=tegangan permukaan
d=dimana gaya itu bekerja
Satuannya = N/m (atau N m-1)
Percobaan yang Terkait
Untuk lebih memahami Tegangan permukaan zat Dapat diamati pada
percobaan dengan menggunakan gelas yang berisi air kemudian Diletakkan jarum
diatasnya,maka jarum akan mengapung.Apabila dicampur dengan deterjen,maka jarum
akan tenggelam.
Dan juga dapat diamati pada percobaan dengan menyiapkan gabus
yang dibentuk menyerupai perahu. Kemudian,apabila diletakkan sabun dilekukan
perahu tersebut,maka perahu akan bergerak.
Pengertian gejala kapiler
Gejala yang disebabkan oleh gaya kohesi dari tegangan permukaan
dan gaya adhesi antara zat cair dan tabung kaca.
BAB III
PENENTUAN RUMUS BANGUN DENGAN REFRAKTOMETER
Tujuan
Percobaan
Ø Untuk
meningkatkan kemampuan mengukur data, melakukan pengamatan dan pengukuran serta
membuat perhitungan yang sistematis.
Ø Untuk
mengetahui cara kerja alat refraktometer Abbe.
Ø Untuk
mengetahui indeks bias dari berbagai macam zat cair.
Ø Untuk
meningkatkan kemampuan melakukan prosedur laboratorium yang sederhana dengan
baik dan efisien.
Dasar Teori
Pembiasan
cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua
medium yang berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya juga dapat
didefinisikan sebagai pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang
batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan
adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di
bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua
medium berbeda. Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah
perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama.
Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna.Arah
pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Mendekati
garis normal
Cahaya
dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang
rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke
dalam air.
b. Menjauhi
garis normal
Cahaya
dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih
rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke
udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
a) cahaya
melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
b) cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih
kecil dari 90O)
Beberapa
contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari
diantaranya :
Ø Kacamata
minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi
penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
Ø Terjadinya
pelangi setelah turun hujan.
Ø Dasar kolam
terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
Indeks Bias
Indeks bias
pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara cepat rambat cahaya di
udara dengan cepat rambat cahaya di medium tersebut. Pembiasan cahaya dapat
terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada
medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang
kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-1695): “Perbandingan laju cahaya
dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”
Secara matematis, indeks bias dapat ditulis: n = c / cm
• n = indeks bias
• c = cepat
rambat cahaya di ruang hampa (3x10^8 m/s)
• cm = cepat rambat cahaya di suatu medium
atau: n = ʎ1/ʎ2 = sin ɑ /sin ʙ
• ʎ1 = panjang
gelombang 1
• ʎ2 = panjang
gelombang 2
• ɑ = sudut datang
• ʙ = sudut
bias
Hukum Snellius
Pada sekitar
tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snellius (1591 –1626) melakukan
eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil
eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snellius. Hukum Snellius adalah rumus
matematika yang memerikan hubungan antara sudut datang dan sudut bias pada
cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotropik
berbeda, seperti udara dan gelas, yang berbunyi :
• sinar
datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
• hasil bagi
sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan disebut
indeks bias.
Pembiasan
cahaya pada antarmuka antara dua medium dengan indeks bias berbeda, dengan n2
> n1. Karena kecepatan cahaya lebih rendah di medium kedua (v2 < v1),
sudut bias θ2 lebih kecil dari sudut datang θ1; dengan kata lain, berkas di
medium berindeks lebih tinggi lebih dekat ke garis normal.
Lambang
θ1,θ2 merujuk pada sudut datang dan sudut bias, v1 dan v2 pada kecepatan cahaya
sinar datang dan sinar bias. Lambang n1 merujuk pada indeks bias medium yang
dilalui sinar datang, sedangkan n2 adalah indeks bias medium yang dilalui sinar
bias. Hukum Snellius dapat digunakan untuk menghitung sudut datang atau sudut
bias, dan dalam eksperimen untuk menghitung indeks bias suatu bahan.
Pada tahun 1678, dalam Traité de la Lumiere, Christiaan Huygens menjelaskan
hukum Snellius dari penurunan prinsip Huygens tentang sifat cahaya sebagai
gelombang. Hukum Snellius dikatakan, berlaku hanya pada medium isotropik atau
"teratur" pada kondisi cahaya monokromatik yang hanya mempunyai
frekuensi tunggal, sehingga bersifat reversibel. Hukum Snellius dijabarkan
kembali dalam rasio sebagai berikut:
Pemantulan
Internal Sempurna (Total Internal Reflection)
Pemantulan internal sempurna adalah pemantulan yang terjadi pada bidang batas
dua zat bening yang berbeda kerapatan optiknya.
• Cahaya
datang yang berasal dari air (medium optik lebih rapat) menuju ke udara (medium
optik kurang rapat) dibiaskan menjauhi garis normal (berkas cahaya J).
• Pada sudut datang tertentu, maka sudut biasnya akan 90° dan dalam hal ini
berkas bias akan berimpit dengan bidang batas (berkas K). Sudut datang dimana
hal ini terjadi dinamakan sudut kritis (sudut batas).
Sudut kritis
adalah sudut datang yang mempunyai sudut bias 90° atau yang mempunyai cahaya
bias berimpit dengan bidang batas.
• Apabila
sudut datang yang telah menjadi sudut kritis diperbesar lagi, maka cahaya
biasnya tidak lagi menuju ke udara, tetapi seluruhnya dikembalikan ke dalam air
(dipantulkan)(berkas L). Peristiwa inilah yang dinamakan pemantulan internal
sempurna Syarat terjadinya pemantulan internal sempurna :
1) Cahaya
datang berasal dari zat yang lebih rapat menuju ke zat yang lebih renggang.
2) Sudut
datang lebih besar dari sudut kritis.
Beberapa peristiwa pemantulan sempurna dapat kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya :
a. Terjadinya
fatamorgana
b. Intan dan
berlian tampak berkilauan
c. Teropong
prisma
d. Periskop
prisma
e. Serat
optik, digunakan pada alat telekomunikasi atau bidang kedokteran. Serat ini
digunakan untuk mentransmisikan percakapan telefon, sinyal video, dan data
komputer.
Refraktometer
Refraktometri adalah suatu analisis yang berdasarkan pada penentuan indeks bias
suatu zat dengan alat yang disebut refraktometer. Refraktometer Abbe adalah
sebuah alat yang ditemukan oleh orang Jerman yang bernama Zeiss Abbe, yang digunakan
untuk mengukur indeks biasa suatu zat cair, zat padat yang transparan, film dan
serbuk. Ernst Abbe (1840 - 1905), bekerja untuk Perusahaan Zeiss di Jena,
Jerman pada 1800-an, adalah orang pertama yang mengembangkan refraktometer
laboratorium. Instrumen pertama dengan termometer dan diperlukan sirkulasi air
untuk mengontrol instrumen dan suhu fluida. Mereka juga memiliki penyesuaian
untuk menghilangkan efek dari dispersi dan skala analog dari mana pembacaan
diambil. Prinsip kerja alat ini adalah didasarkan pada pengukuran sudut kritis
yaitu sudut terkecil dari luas bidang dengan garis normal (θ2) dalam medium
yang indeks biasnya terbesar, dimana sinar dipantulkan seluruhnya. Alat
refraktometer ini dilengkapi dengan bak thermostat yang berfungsi untuk menjaga
dan mengatur suhu saat pengukuran indeks bias.
Daftar Pustaka