Mikroba yang ditemukan
di suatu lingkungan ditemukan dalam populasi campuran, sangat jarang sekali
yang ditemukan sebagai satu spesies tunggal. Penelitian mengenai mikroorganisme
biasanya memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran pada permulaanya,
atau biakan campuran, menjadi spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan
murni. Biakan murni
terdiri dari suatu populasi sel yang berasal dari satu sel induk (Prescott,
2003). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan kemurnian isolat
selama penyimpanan, agar produk atau metabolisme suatu mikroba termasuk kapang
tetap terjaga. Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan akan membantu di dalam
mengkultivasi, mengisolasi dan mengidentifikasi mikroba, karena mikroba
memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan
pertumbuhannya.
Suatu jenis koloni mikroba yang terpisah dari
koloni campurannya akan lebih mudah untuk diamati. Selain itu teknik untuk
memisahkan dan mendapatkan koloni tunggal serta pemeliharannya terdapat
beberapa jenis. Teknik-teknik tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan
jumlah bakteri yang terdapat pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering
digunakan adalah cara penghitungan koloni pada lempeng pembiakan (plate count), atau juga dapat dilakukan penghitungan langsung secara
mikroskopis (Burrows, 2004). Oleh karena itu, untuk mempelajari teknik isolasi, pemurnian mikroba, serta
keuntungan dan kelemahannya, maka praktikum Isolasi dan Pemurnian Mikroba,
Teknik Pemeliharaan Kultur Murni penting untuk dilakukan.
Media agar merupakan substrat yang sangat baik untuk
memisahkan campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi
terpisah-pisah. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada
media agar memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga
memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok massa
sel yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan yang diinokulasikan pada
medium disebut inokulum, dengan menginokulasi medium agar nutrien (nutrien
agar) dengan metode cawan gores atau media cawan tuang, sel-sel mikroorganisme
akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu
memperbanyak diri secara cepat sehingga dalam waktu 18 sampai 24 jam
terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni dapat
terlihat oleh mata telanjang. Setiap koloni merupakan biakan murni satu macam
mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 2007).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup
merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam
mengendalikan mikroba. Berikut ini faktor-faktor
penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba (Suriawiria, 2005):
a. Suplai Energi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai
nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar
tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi
dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber
nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
b. Suhu/Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam
mempengaruhi dan pertumbuhan mikroorganisme. Suhu
dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang
berlawanan. Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan
dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme akan
menurun dan pertumbuhan diperlambat. Apabila suhu
naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan
akan terhenti, kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel
menjadi mati. Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu
: Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka pertumbuhan terhenti.
Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan
berlangsung paling cepat dan optimum. (Disebut juga suhu inkubasi). Suhu
maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka pertumbuhan
tidak terjadi.
Berdasarkan
ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga
macam, yaitu :
Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak
apabila dipanaskan pada suhu 60oC selama 10-20 menit. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC
selama 10 menit untuk mematikan sel. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih
dari 60oC selama 10-20 menit tapi kurang dari 100oC
selama 10 menit untuk mematikan sel.
c.
Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH optimum
yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran ph 8,0 –
8,0 dan nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat merusak.
d. Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di
dalam kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan
menjadi Aerobik : hanya dapat tumbuh
apabila ada oksigen bebas. Anaerob :
hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas. Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan
atau tanpa oksigen bebas. Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen
dalam jumlah kecil (Tortora, 2002).
Metode-metode yang dapat
digunakan untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme antara lain cawan gores
(sterak plate), cawan tebar, dan cawan tuang.
1.
Teknik
Dilusi (Pengenceran)
Gambar 1. Teknik Dilusi (Rachdie, 2008)
Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa
mikrobiologi. Karena hampir semua metode perhitungan jumlah sel mikroba
mempergunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count).
Cara Kerja :
- Dari larutan kultur kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/10 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/100 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/100 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/1000 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/1000 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10.000 bagian.
- Dan seterusnya
Maksud dari 1/10, 1/100, 1/1000, 1/10.000 dst adalah suatu rasio dilusi yang apabila pada tiap dilusi ditumbuhkan ke dalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat dihitung, maka jumlah sel mikroba dapat diketahui dengan cara :
Cara Kerja :
- Dari larutan kultur kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/10 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/100 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/100 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/1000 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/1000 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10.000 bagian.
- Dan seterusnya
Maksud dari 1/10, 1/100, 1/1000, 1/10.000 dst adalah suatu rasio dilusi yang apabila pada tiap dilusi ditumbuhkan ke dalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat dihitung, maka jumlah sel mikroba dapat diketahui dengan cara :
Jumlah koloni x
|
1
|
Pengenceran
|
Misal :
Apabila pada dilusi
1/100 tumbuh sebanyak 20 koloni, maka dapat diketahui jumlah sel adalah :
20 koloni x
|
1
|
=
2000 sel
|
1/100
|
Apabila
pada dilusi 1/1000 tumbuh sebanyak 3 koloni, maka dapat diketahui jumlah sel
adalah :
2 koloni x
|
1
|
=
3000 sel
|
1/1000
|
Oleh
karena itu, dengan metode dilusi kita dapat memperkirakan jumlah sel mikroba
pada suatu benda atau produk.
2.
Teknik Pour Plate (Lempeng
Tuang)
Teknik Pour Plate adalah suatu teknik dalam
menumbuhkan mikroorganisme dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar
cair dengan stok kultur. Teknik ini umumnya digunakan pada metode Total Plate Count (TPC). Sedangkan
teknik streak plate adalah suatu
teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme dalam media agar dengan cara menggores
(streak) permukaan agar dengan jarum
yang telah diinokulasi dengan kultur mikroba. Teknik ini menjadikan
mikroorganisme tumbuh dan tampak pada goresan-goresan inokulasi bekas jarum
(Radchie, 2008).
3. Teknik Streak Plate
Gambar 2 . Teknik Streak Plate (Rachdie,
2008)
Teknik streak plate
(lempeng gores) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di
dalam media agar dengan cara menstreak (menggores) permukaan agar dengan jarum
ose yang telah diinokulasikan dengan kultur bakteri. Dengan teknik ini
mikroorganisme yang tumbuh akan tampak dalam goresan-goresan inokulum bekas
dari streak jarum enten.
4.
Pemeliharaan Kultur pada Slant Agar
(a)
(b)
Gambar 3.
Teknik Slant Agar. (a) memasukkan
kultur pada slant agar (b)
bagian-bagian yang akan dipindahkan (Rachdie,
2008)
Agar slants adalah kultivasi biakan mikroba ke dalam agar
miring di dalam tabung reaksi untuk melihat karakteristik koloni bakteri yang
tumbuh. Tiap bakteri memiliki karakteristik koloni yang berbeda. Karakteristik
yang diamati pada koloni bakteri yang tumbuh adalah (Rachdie, 2008):
Tidak ada komentar
Posting Komentar