makalah FNI :)


KATA PENGANTAR
          Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah “Praktikum An. Instrumen” ini atau yang biasa disebut “Fisika Non Instrumen”.
          Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing praktikum Fisika Non Instrumen yang bersedia membimbing saya mengerjakan praktikum sehingga saya dapat membuat makalah ini dengan baik.
          Sebagai manusia yang biasa, saya sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan, sebagai upaya penyempurnaan makalah ini.


Makassar, Oktober 2012


   Hardiyanti.Hendrik
BAB I
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSToFCK__-rlcotarqgfcsJFq4Thfae8vPgWVrYYOxdft5nJFm9
PENENTUAN VISKOSITAS
DENGAN
VISKOMETER OSWALD

I.                  PENDAHULUAN

Tujuan Percobaan
-Untuk menentukan viskositas berbagai cairan dengan Metode Oswald.
-Mengetahui hubungan antara viskositas dengan fluiditas waktu alir dari cairan atau berbagai larutan.
-Mengetahui hubungan antara koefisien viskositas, massa jenis, dan waktu antara suatu cairan tertentu dengan cairan pembandingnya.
-Mengetahui dan memahami prinsip kerja dari percobaan viskositas berbagailarutan dengan metode Ostwald.

Dasar Teori
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakangesekan antara molekul–molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairanyang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dansebaliknya bahan – bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yangtinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya – gayamekanika dari suatu aliran viskos sebagai :
Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalahkonstan sehubungan dengan gesekannya.
Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluidasetebalh, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atasdengan kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan – lapisan yang saling bergeseran. Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangangeser (s) sebesar 
 F/A yang seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol. Maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap, dengan tidak adanya tekanan fluida menjadi :
Pada fluida newtonian perbandingan antara besaran kecepatan geser dan tegangan geser adalah konstan.

II.              PENGERTIAN
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk fluida), viskositas adalah "Ketebalan" atau "pergesekan internal". Oleh karena itu, air yang "tipis", memiliki viskositas lebih rendah, sedangkan madu yang "tebal", memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya, semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut.
Viskositas menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan mungkin dapat dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran fluida. Sebagai contoh, viskositas yang tinggi dari magma akan menciptakan statovolcano yang tinggi dan curam, karena tidak dapat mengalir terlalu jauh sebelum mendingin, sedangkan viskositas yang lebih rendah dari lava akan menciptakan volcano yang rendah dan lebar. Seluruh fluida (kecuali superfluida) memiliki ketahanan dari tekanan dan oleh karena itu disebut kental, tetapi fluida yang tidak memiliki ketahanan tekanan dan tegangan disebut fluide ideal.
III.          PEMBAHASAN

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yangmengalir cepat seperti air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai viskositas besar.
Pada hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskositas dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida.
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :
1.    Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut.
2.    Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkanz bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel.
3.    Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat.
4.    Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar.
Nilai viskositas dinyatakan dalam viskositas spesifik, kinematik dan intrinsik. Viskositas spesifik ditentukan dengan membandingkan secara langsung kecepatan aliran suatu larutan dengan pelarutnya. Viskositas kinematik diperoleh dengan memperhitungkan densitas larutan. Baik viskositas spesifik maupun kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Ubbelohde yang termasuk jenis viskometer kapiler. Untuk penentuan viskometer larutan polimer, viskometer kapiler yang paling tepat adalah viskometer Ubbelohde.
Gliserol adalah senyawa yang netral, dengan rasa yang manis, tidak berwarna,cairan kental dengan titik lebur 20oC dan memiliki titik didih yang tinggi yaitu 290oC.Gliserol dapat larut sempurna dalam air dan alkohol, tapi tidak dalam minyak.Sebaliknya, banyak zat dapat lebih mudah larut dalam gliserol dibanding dalam airmaupun alkohol. Oleh karena itu gliserol merupkan pelarut yang baik.
Asam lemak, bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada mahluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak makan (minyak goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida. Minyak merupakan turunan ester dari gliserol dan asam lemak.




BAB II
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ_aYc9vcbL7W9qkFOWwv29hhkjy9T1aHm-kba3FpdIFKN6KmHN

PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN ZAT CAIR


I.                  PENDAHULUAN
Seekor Serangga yang berjalan di atas permukaan air dan sebuah penjepit kertas yang diletakkan dalam kedudukan tertentu tidak tenggelam. Mengapa fenomena seperti ini dapat terjadi ?.
Kita ingat bahwa partikel – partikel pada zat cair dapat berpindah ke segala arah tetapi masih tetap dalam zat cair tersebut  karena antara partikel – partikel tersebut terdapat gaya tarik menarik.
Gaya tarik menarik antara partiikel – partikel sejenis dinamakankohesi, sedangkan gaya tarik menarik antara partikel – pertikel  tidak sejenis dinamakan adhesi . Baik adhesi maupun kohesi memegang peranan yang sangat penting dalam zat cair.
Tiap partikel dalam zat cair ditarik oleh gaya yang sama besar ke segala arah oleh partikel – partikel di dekatnya, sehingga resultan gaya yang bekerja pada partikel sama dengan nol.
Sedangkan tiap partikel yang berada dipermukaan zat cair ditarik oleh lpartikel – partikel zat cair lainnya yang berada disamping  dan bawahnya. Tetapi tidak ditarik dari atas (tidak ada parrtikel zat cair di atas permukaan). Karena itu resultan gaya ayang bekerja pada tiap partikel di[ermukaan zat cair tidak sama dengan nol, tetapi mempunyai harga tertentu dan mempunyai arah ke bawah. Karena adanya resultan gaya tersebut, maka permukaan zat cair mengalami  tegangan  yang. membentuk selaput  yang disebut  dengan tegangan permukaan . Adanya tegangan permukaan inilah yang menyebabkan serangga dapat berjalan dipermukaan zat cair. Sama halnya penjepit kertas yang diletakkan dengan kedudukan tertentu tidak tenggelam ke dalam zat cair.
Tegangan permukaan zat cair dapat ditinjau berdassarkan gambar di bawah ini. Pada gambar di bawah dilukiskan tiga buah bola dengan partikel A, B, C masing – masing sebagai titik pusatnya.
http://iksan35.files.wordpress.com/2011/04/tegangan-permukaan1.jpg
Gambar 3 buah partikel zat cair A, B dan C dengan masing – masing bola melukiskan daerah tarik menarik masing – masing partikel. Bola – bola yang dilukiskan merupakan daerah tarik, dimana partikel – partikel yang ada dalam bola sajja yang mempunyai pengaruh gaya tarik pada partikel pusat.
Pada partikel A bekerja kohesi yang sama besarnya kesegala arah, sehingga resultan gaya yang bekerja pada partikel ini sama dengan nol. Hal tersebut menyebabkan partikel A berada pada berada dalam keadaan seimbang.
Pada partikel B ada sebagian kecil adhesi dari partikel – partikel udara, tetapi karena kohesi lebih besar dari pada adhesi , maka resultan gaya tarik pada partikel B mempunyai arah ke bawah.
Pada partikel C yang ada dipermukaan zat cair, resultan gaya kohesinya semakin besar dan mengarah ke bawah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa partikel – partikel zat cair yang berada dipermukaan cenderung ditarik ke dalam zat cair, sehingga permukaan zat cair menjadi tidak seimbang atau terjadi tegangan. Tegangan permukaan zat cair ini cenderung untuk memperkecil luas permukaannya.
Hal tersebut dapat dilihat pada tetetsan – teteasan zat cair (air hujan atau embun)yang cenderung membentuk bola (bulatan kecil), karena kecenderungan selaput tegangan permukaan untuk untuk menyusut sekuat mungkin dan dalam bentuk bola zat cair mendapatkan bentuk dengan daerah permukaan tersempit.
Tegangan permukaan dapat diartikan sebagai besar gaya yang dialami permukaan zat cair persatuan panjang. Dalam bentuk persamaan dapat dituliskan sebagai berikut :
http://iksan35.files.wordpress.com/2011/04/tegangan-permukaan-01.jpg
Perbedaan bentuk permukaan zat cair dipengaruhi oleh kohesi ( gaya tarik menarik antara partikel zat cair) dan adhesi (gaya tarik menarik antara partikel zat cair dengan dengan partikel kaca).
Pada air gaya kohesi antara partikel air lebih kecil dari pada gaya adhesi antara partikel air dengan kaca, sehingga permukaan air melengkung ke bawah dan membasahi dinding kaca.
Misalkan partikel air P, ditarik oleh dinding tabung  dengan gaya tarik Fa dan mengalami kohesi dari partikel – partikel air sekelilingnya sebesar Fk dengan membentuk sudut sebesar Ө terhadap dinding.
Karena Fa lebih besar dari pada Fk maka resultan kedua gaya tersebut (Fr) mengarah keluar. Supaya terdapat keseimbangan , permukaan air yang menempel pada dinding harus tegak lurus terhadap r, sehingga permukaan air yang menempel pada dinding tabung naik sedikit  dan melengkung keatas .  Akibatnya permukaan air dalam tabung membentuk maniskus cekung.
Pada raksa, gaya kohesi antar partikel raksa lebih besar dari pada dari pada gaya adhesi antar partikel raksa dengan kaca sehingga permukaan raksa melengkung ke atas(maniskus cembung) dan tidak membasahi dinding tabung.
II.              PEMBAHASAN

Tegangan Permukaan Zat Cair (Fluida)
Tegangan permukaan (y) adalah besar gaya ( F ) yang dialami pada permukaan zat cair persatuan panjang(l)
y = F / 2l

Definisi tegangan permukaan zat cair
Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang,sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis.

Penyebab terjadinya Tegangan Permukaan
Partikel A dalam zat cair ditarik oleh gaya sama besar ke segala arah oleh partikel-partikel di dekatnya.Partikel B di permukaan zat cair hanya ditarik oleh partikel-partikel disamping dan dibawahnya,hingga pada permukaan zat cair terjadi tarikan ke bawah.

Penurunan Rumus
Rumus tegangan permukaan
Ƴ = F/ d
Dalam kasus ini d = 2l, sehingga
Ƴ = F /2 * l
Keterangan:
Ƴ=perbandingan antara gaya tegangan permukaan
F=tegangan permukaan
d=dimana gaya itu bekerja
Satuannya = N/m (atau N m-1)

Percobaan yang Terkait
Untuk lebih memahami Tegangan permukaan zat Dapat diamati pada percobaan dengan menggunakan gelas yang berisi air kemudian Diletakkan jarum diatasnya,maka jarum akan mengapung.Apabila dicampur dengan deterjen,maka jarum akan tenggelam.
Dan juga dapat diamati pada percobaan dengan menyiapkan gabus yang dibentuk menyerupai perahu. Kemudian,apabila diletakkan sabun dilekukan perahu tersebut,maka perahu akan bergerak.

Pengertian gejala kapiler
Gejala yang disebabkan oleh gaya kohesi dari tegangan permukaan dan gaya adhesi antara zat cair dan tabung kaca.






BAB III
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjppA_n_PUHMqGginbMcit_r5dZDGWM7iPbGOINEvXDIOUybjDHZTKs1ZHsDVNhKUcuTObhoWHRmI-Ld49CELU6R-pyag_ql8ubIW1m7OqZhveoswi-P1tgMYWiBDukuQt6EaoCAei43hc/s320/refraktometer.jpg
PENENTUAN RUMUS BANGUN DENGAN REFRAKTOMETER


Tujuan Percobaan
Ø Untuk meningkatkan kemampuan mengukur data, melakukan pengamatan dan pengukuran serta membuat perhitungan yang sistematis.
Ø Untuk mengetahui cara kerja alat refraktometer Abbe.
Ø Untuk mengetahui indeks bias dari berbagai macam zat cair.
Ø Untuk meningkatkan kemampuan melakukan prosedur laboratorium yang sederhana dengan baik dan efisien.
Dasar Teori
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya juga dapat didefinisikan sebagai pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna.Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a.    Mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
b. Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
a) cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
b) cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil dari 90O)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari diantaranya :
Ø Kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
Ø Terjadinya pelangi setelah turun hujan.
Ø Dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
Indeks Bias
Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara cepat rambat cahaya di udara dengan cepat rambat cahaya di medium tersebut. Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-1695): “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”
Secara matematis, indeks bias dapat ditulis: n = c / cm
• n = indeks bias
• c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3x10^8 m/s)
• cm = cepat rambat cahaya di suatu medium
atau: n =
ʎ1/ʎ2 = sin ɑ /sin ʙ
ʎ1 = panjang gelombang 1
ʎ2 = panjang gelombang 2
ɑ = sudut datang
ʙ = sudut bias
Hukum Snellius
Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snellius (1591 –1626) melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snellius. Hukum Snellius adalah rumus matematika yang memerikan hubungan antara sudut datang dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotropik berbeda, seperti udara dan gelas, yang berbunyi :
• sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
• hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan disebut indeks bias.
Pembiasan cahaya pada antarmuka antara dua medium dengan indeks bias berbeda, dengan n2 > n1. Karena kecepatan cahaya lebih rendah di medium kedua (v2 < v1), sudut bias θ2 lebih kecil dari sudut datang θ1; dengan kata lain, berkas di medium berindeks lebih tinggi lebih dekat ke garis normal.
Lambang θ1,θ2 merujuk pada sudut datang dan sudut bias, v1 dan v2 pada kecepatan cahaya sinar datang dan sinar bias. Lambang n1 merujuk pada indeks bias medium yang dilalui sinar datang, sedangkan n2 adalah indeks bias medium yang dilalui sinar bias. Hukum Snellius dapat digunakan untuk menghitung sudut datang atau sudut bias, dan dalam eksperimen untuk menghitung indeks bias suatu bahan.
Pada tahun 1678, dalam Traité de la Lumiere, Christiaan Huygens menjelaskan hukum Snellius dari penurunan prinsip Huygens tentang sifat cahaya sebagai gelombang. Hukum Snellius dikatakan, berlaku hanya pada medium isotropik atau "teratur" pada kondisi cahaya monokromatik yang hanya mempunyai frekuensi tunggal, sehingga bersifat reversibel. Hukum Snellius dijabarkan kembali dalam rasio sebagai berikut:
Pemantulan Internal Sempurna (Total Internal Reflection)
Pemantulan internal sempurna adalah pemantulan yang terjadi pada bidang batas dua zat bening yang berbeda kerapatan optiknya.
• Cahaya datang yang berasal dari air (medium optik lebih rapat) menuju ke udara (medium optik kurang rapat) dibiaskan menjauhi garis normal (berkas cahaya J).
• Pada sudut datang tertentu, maka sudut biasnya akan 90° dan dalam hal ini berkas bias akan berimpit dengan bidang batas (berkas K). Sudut datang dimana hal ini terjadi dinamakan sudut kritis (sudut batas).
Sudut kritis adalah sudut datang yang mempunyai sudut bias 90° atau yang mempunyai cahaya bias berimpit dengan bidang batas.
• Apabila sudut datang yang telah menjadi sudut kritis diperbesar lagi, maka cahaya biasnya tidak lagi menuju ke udara, tetapi seluruhnya dikembalikan ke dalam air
(dipantulkan)(berkas L). Peristiwa inilah yang dinamakan pemantulan internal sempurna Syarat terjadinya pemantulan internal sempurna :
1) Cahaya datang berasal dari zat yang lebih rapat menuju ke zat yang lebih renggang.
2) Sudut datang lebih besar dari sudut kritis.
Beberapa peristiwa pemantulan sempurna dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya :
a. Terjadinya fatamorgana
b. Intan dan berlian tampak berkilauan
c. Teropong prisma
d. Periskop prisma
e. Serat optik, digunakan pada alat telekomunikasi atau bidang kedokteran. Serat ini digunakan untuk mentransmisikan percakapan telefon, sinyal video, dan data
komputer.

Refraktometer
Refraktometri adalah suatu analisis yang berdasarkan pada penentuan indeks bias suatu zat dengan alat yang disebut refraktometer. Refraktometer Abbe adalah sebuah alat yang ditemukan oleh orang Jerman yang bernama Zeiss Abbe, yang digunakan untuk mengukur indeks biasa suatu zat cair, zat padat yang transparan, film dan serbuk. Ernst Abbe (1840 - 1905), bekerja untuk Perusahaan Zeiss di Jena, Jerman pada 1800-an, adalah orang pertama yang mengembangkan refraktometer laboratorium. Instrumen pertama dengan termometer dan diperlukan sirkulasi air untuk mengontrol instrumen dan suhu fluida. Mereka juga memiliki penyesuaian untuk menghilangkan efek dari dispersi dan skala analog dari mana pembacaan diambil. Prinsip kerja alat ini adalah didasarkan pada pengukuran sudut kritis yaitu sudut terkecil dari luas bidang dengan garis normal (θ2) dalam medium yang indeks biasnya terbesar, dimana sinar dipantulkan seluruhnya. Alat refraktometer ini dilengkapi dengan bak thermostat yang berfungsi untuk menjaga dan mengatur suhu saat pengukuran indeks bias.






Daftar Pustaka

1 komentar

  1. PUSAT SARANA Bioteknologi AGRO

    menyediakan refraktometer untuk review Keperluan Penelitian, laboratorium, mandiri, Perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 ATAU Kunjungi Kami di https: // www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan JUGA BERBAGAI Kebutuhan Anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.